Selamat Datang Di Blog saya

Rabu, 13 Mei 2009

Rencana Pengembangan Besar-besaran Diesel Minyak Kelapa Sawit Neste Oil akan Memperparah Pembabatan Hutan dan Perubahan Iklim

0 komentar
Porvoo, Finlandia — Sebanyak 32 aktivis dari Finlandia dan Swedia pagi ini melakukan penguncian lokasi kilang minyak berbasis kelapa sawit milik Perusahaan Neste Oil di Porvoo, Finlandia. Neste Oil, perusahaan besar milik Pemerintah Finlandia (1), dalam waktu tiga tahun ke depan akan melakukan ekspansi dan menjadi konsumen terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Ekspansi ini akan berujung pada deforestasi massal dan berkontribusi besar pada pemanasan global.
Saat ini produksi minyak kelapa sawit adalah penyebab utama pembabatan hutan di Asia Tenggara, proses pembukaan area dan pembakaran hutan tropis dan lahan gambut untuk dijadikan lahan kelapa sawit juga menyebabkan pelepasan karbon dioksida dalam jumlah besar. Dampaknya, Indonesia kini menjadi negara terbesar ketiga penyumbang emisi gas rumah kaca di dunia (2). Deforestasi besar-besaran ini juga menyebabkan beberapa spesies seperti Orang Utan dan Harimau Sumatra terancam punah.

Greenpeace mendesak Pemerintah Finlandia menggunakan wewenangnya untuk menghentikan penggunaan minyak sawit oleh Neste Oil, dan mencegah mereka menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar di masa mendatang. Cara paling signifikan untuk mengurangi emisi adalah membuat efisiensi energi pada mobil-mobil, dan membangun sistem transportasi rendah karbon dan hemat energi.

Neste Oil menggunakan minyak kelapa sawit sebagai komponen utama diesel NExBTL mereka dan memasarkannya sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dibanding minyak yang bersumber dari fosil. Marketing “Hijau” ini bertolak belakang dengan hasil penelitian banyak ilmuwan yang dirilis tahun lalu, yang menyatakan ladang kelapa sawit yang dibangun dengan melakukan deforestasi ternyata berlipat-lipat dampaknya dalam menghancurkan iklim dibanding pemakaian minyak konvensional (3).

Baru-baru ini Neste Oil mengumumkan rencana mereka untuk melakukan peningkatan produksi secara drastis dan membangun kilang NExBTL di Finlandia, Singapura dan Belanda, yang rencananya akan dimulai pada 2009, 2010, dan 2011 (4). Jika rencana ini terwujud, maka perusahaan ini akan menggunakan paling tidak 1,5 juta metrik ton minyak sawit per tahun, membuat perusahaan ini akan jadi konsumen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan kalkulasi, kenaikan permintaan ini akan menyebabkan paling tidak penambahan 325.000 hektar lagi ladang kelapa sawit, atau lebih besar dari keseluruhan wilayah negara Luksemburg.

“Biodiesel minyak sawit bukanlah solusi untuk perubahan iklim, dan justru menambah parah, karena akan semakin banyak hutan tropis yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan minyak sawit sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Greenpeace juga mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengimplementasikan moratorium penebangan hutan, termasuk menghentikan pembukaan lahan gambut menjadi industri minyak sawit. Negara-negara maju harus mengurangi emisi mereka dan mendanai negara berkembang seperti Indonesia dalam upaya memelihara dan melindungi hutan, karena ini adalah solusi sesungguhnya untuk perubahan iklim” ujar Joko Arif, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.

”Jika Pemerintah Finlandia serius mengatasi masalah perubahan iklim ini, mereka harus menghentikan investasi pada perusakan hutan, dan mulai memberikan dana secara signifikan untuk program perlindungan hutan, serta berinvestasi pada pengembangan energi terbarukan, seperti bahan mentah berbasis sampah,” imbuh Maija Suomela, jurukampanye Minyak Kelapa Sawit Greenpeace Skandinavia.

Neste Oil menyatakan bahwa sumber minyak kelapa sawit yang digunakan berasal dari perkebunan kelapa sawit di Malaysia yang sudah berjalan. Tetapi kepada Greenpeace perusahaan itu tidak bisa menyajikan bukti dari pernyataan itu. Mereka juga gagal menunjukkan bukti dari mana mereka akan mendapatkan minyak kelapa sawit untuk peningkatan produksi ini. Perusahaan gas Swedia, OKQ8 juga telah menolak menjual produk dari Neste Oil ini.

Greenpeace juga mendesak Finlandia untuk memberi dana 1 miliar Euro per tahun hingga 2020, kepada negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga negara-negara ini bisa menyusun program mengatasi masalah perubahan iklim dengan melindungi hutan dan mengembangkan energi bersih.

Dana ini termasuk dari keseluruhan 110 miliar Euro yang harus diberikan Uni Eropa dan negara-negara maju lain, sebagai bagian dari persetujuan yang harus disepakati pada pertemuan iklim di Kopenhagen Desember mendatang.
 

Green zone Copyright © 2008 Black Brown Pop Template by Ipiet's Blogger Template